Selamat Pagi Dan Secangkir Kopi

 






      Selamat pagi.


    Pagi hari ini penuh kabut dengan langit warna biru kelabu yang tidak terlalu cerah. Matahari sudah naik sedikit, menyapa bumi. Sama seperti aku yang menyapa kamu dengan secangkir kopi hitam tanpa gula kesukaanmu di tangan.


Kamu melihat ke arah lain.


Tidak memerdulikanku yang jelas tengah berdiri di hadapanmu. Kamu bilang, kamu suka kopi hitam tanpa gula. 

Lantas, ketika sudah kubuatkan, mengapa kamu malah melihat ke arah lain?

Kamu bilang, kamu suka semua hal yang dibuat oleh tangan lembutku ini. Tapi mengapa kamu menoleh ke arah lain?

Aku coba untuk ucapkan selamat pagi, lagi.

Dan kamu, lagi-lagi tak menghiraukanku.

Aku mencoba untuk memajukan diri. Dan kamu menghindarinya.


Oh. Kamu memeluk dirimu sendiri. Apa kamu kedinginan? Mau ku ambilkan selimut?

Aku menaruh secangkir kopi hitam tanpa gula diatas meja, jangan lupa untuk diminum sebelum hewan lain mencicipinya lebih dulu. 

Aku berbalik, masuk ke dalam kamarmu, mengambil selimut berwarna kelabu mirip langit pagi ini. Selimut yang pernah kamu kasih padaku saat aku tidak bisa tidur di malam hari karena terlalu banyak berpikir aneh tentang hidup kedepannya.

Aku kembali lagi ke hadapanmu, ingin menaruh selimut itu pada tubuhnya tapi segera terhenti karena kamu tiba-tiba saja menoleh padaku dengan tatapan sedu.


Dengan suara bergetar, kamu mulai berkata.



"Kamu sudah mati, sayang, tenang-tenang ya disana."







Komentar