Rasa Yang Sulit Dimengerti

 Ditulis untuk diri saya sendiri dan diri-diri saya yang lain.









      Di suatu ruangan kecil, dengan suara gemuruh air dari keran yang sengaja dibuka, ada saya. Ada saya yang sedang terkulai lemas di lantai basah sambil menangis sejadi-jadinya entah sudah berapa lama saya duduk disana sampai-sampai saya merasa kaki dan jemari saya keriput dibuatnya.

Hantu di sudut ruangan juga tidak ada hentinya bertanya pada saya yang jelas tidak tahu jawabannya.


"Mengapa kamu menangis?" tanya hantu itu.

Saya hanya bisa menggeleng lemas. "Tidak tahu," jawab saya sejujur-jujurnya. Karena saya memang benar tidak tahu, tidak tahu mengapa saya terduduk lemas di lantai basah ini, dan juga tidak tahu mengapa saya menangis.

Saya rasakan ada sentuhan halus di punggung saya. Sepertinya mereka berpindah tempat, dan kini berada di belakangku.

Lagi. Hantu itu kembali bertanya dengan nada berbisik tepat di telinga saya.


"Ada yang menganggumu?"

"Kamu."

"Selain aku?"

"Tidak ada."


Memang benar tidak ada. Tidak ada yang menganggu saya kecuali hantu yang daritadi setia memandangi saya menangis seakan dunia saya akan hancur.

"Apa ada manusia yang menyakitimu?"

Saya menggeleng.

Semua manusia yang bersama dengan saya itu manusia baik, tidak ada yang menyakiti saya sama sekali.

Hantu itu kembali bertanya, "bagaimana perasaanmu?"

Saya terdiam cukup lama. Hilang kata serta tidak tahu juga jawabnya bagaimana.

Perasaan saya? Bagaimana, ya? Saya pun tidak tahu, perasaan ini begitu sulit atau bahkan sangat sulit untuk dimengerti. 

Saya benar-benar tidak tahu apa yang saya rasa saat ini. Kata orang, sedih itu ditandai dengan tangisan, tapi... apa yang membuat saya sedih saat ini?

Seingat saya, tadi saya benar-benar bersikap normal seperti biasa, tapi tiba-tiba saja saya merasa sedih karena alasan yang sama sekali tidak jelas, dan berakhir menangis di ruangan kecil ini.

Saya merasakan ada belaian halus pada pucuk kepala saya. Ini sepertinya hantu itu tengah mengelusku.

"Apa kamu menyakiti dirimu sendiri?" tanyanya.

Saya terdiam. Bukan karena tidak tahu ingin menjawab apa, tapi karena kaget karena jawabannya adalah 'iya'.

Saya mendenguskan hidung yang memerah entah karena dingin air atau karena sudah terlalu lama menangis.

"Kenapa kamu ada di sini?" tanya saya pada hantu itu.

"Karena saya tinggal di sini."

"Mengapa kamu bisa tinggal di sini?"

"Karena saya mati di sini."


Saya terdiam lagi.

"Jika sudah mati, apa masih bisa merasakan sesuatu?"

"Tidak tahu, karena saya juga tidak merasakan apapun," jawab hantu itu.



Komentar