Pemimpi.

 




   Kata mereka, aku terlalu banyak bermimpi dan berkhayal. Ya, ya, aku akui itu memang benar.

Kata mereka juga, mimpiku ketinggian. Ya memang kenapa? Bukankah mimpi itu memang harus tinggi? Lantas mengapa ketika aku bermimpi tentang hal yang begitu tinggi malah diremehkan?

Bukankah aku sudah dewasa? Mengapa aku tak boleh memilih jalanku sendiri?

Katanya, itu hanya nasihat dan saran.

Tapi, mana ada saran yang menjatuhkan? Saran itu harus membangun, bukan? Tapi mengapa saran dari mereka yang kudengar pasti selalu menjatuhkan mimpiku.

"Kamu yakin masuk sastra? Saranku masuk kedokteran aja, deh" Kalau mendengar itu, lagi-lagi aku hanya bisa menghela napas dan terdiam. "Enggak cocok tahu kamu masuk sastra, mending masuk jurusan lain aja."

Dan yang lebih parahnya lagi, orang dekatku sendiri, orang yang menggenalkanku pada dunia membaca dan menulis meragukan mimpiku masuk Jurusan Sastra dan menyuruhku masuk ke jurusan yang sangat sangat tak pernah ku lirik sedikit pun.


Setidak pantas itu kah aku masuk sastra?


Untuk pertama kalinya, aku menjatuhkan diri, tak percaya pada mimpiku, merasa apa diriku begitu tak cocok pada jurusan impianku.

Kata mereka lagi, jurusan yang mereka pilih banyak lowongan pekerjaannya dan mengguntungkan. Kini aku balik bertanya, mengguntungkan siapa? Aku? Atau mereka sendiri yang bisa dengan senang hati tersenyum bangga memamerkan diriku seperti sebuah karya yang sudah mereka buat seindah mungkin?

Kadang aku berpikir, aku yang terlalu banyak bermimpi, atau mereka yang memimpikan banyak hal padaku?



Komentar