Kisah Bumi
Bumi pernah jatuh hati.
Itu cerita ke sekian dari masa lalunya saat masih muda, cerita yang sudah terjadi ribuan tahun lalu saat Bumi masih penuh dengan warna hijau serta biru laut yang indah. Cerita yang pernah heboh hingga ke luar galaksi bima sakti, cerita yang beredar dari planet ke planet, dan dijadikan bualan para komet yang sekiranya sudah lelah memutari jagat raya.
Itu cerita yang Bumi sendiri tidak ingin sekali mengingatnya, tapi terkadang Bumi mengenang cerita yang manis bercampur pahit layaknya kehidupan manusia-manusia yang berada di dalam naungan Bumi.
"Jadi kamu Bulan? Yang akan menjadi satelitku?" tanya Bumi pada sosok Bulan berwarna abu-abu gelap yang mengorbitnya.
"Apa kamu bodoh? Kita sudah bersama sejak dulu," jawab Bulan ketus. Mungkin sebenarnya ia marah karena Bumi sama sekali tidak mengingatnya.
Bulan menengadah, memandang angkasa luas yang sebenarnya berwarna gelap kalau saja penghuninya tidak meancarkan cahaya dengan warna masing-masing.
"Sebentar lagi malam," ucap Bulan.
"Bagaimana kamu tahu?" tanya Bumi bingung. Padahal, jelas Bulan tidak mungkin bisa melihat perubahan yang terjadi pada langit Bumi.
"Aku sudah hapal, berarti sebentar lagi aku akan menyapa pendudukmu," ucap Bulan bersiap dengan riang.
"Kamu menyukai pendudukku?"
Bulan tergelak, tawanya cukup keras sehingga menyita beberapa perhatian bintang yang tengah melayang bebas di angkasa.
Dan menurut Bumi, tawa Bulan cukup manis.
Ah salah, sangat manis.
"Mana mungkin aku menyukai pendudukmu, aku hanya suka menyapanya saja. Karena beberapa dari mereka ada yang mengabadikanku lewat kamera handphone, dan beberapa juga membuat permohonan padaku."
"Aneh, padahal jelas aku bukan bintang jatuh ataupun Sang Kuasa yang dapat menggabulkan permohonan."
Bumi tertawa kecil. "Mungkin mereka begitu karena menyukaimu."
Bulan tertawa kembali.
Dan lagi-lagi, entah untuk kesekian kalinya, Bumi jatuh hati pada Bulan.
Komentar
Posting Komentar